Jumat, 01 Juli 2011

Memperbaiki kwalitas air kolam tanpa biaya

Sejarah singkat. Pada awal januari 2011, saya mulai membudidayakan ikan jenis lele dumbo, dengan kolam awal 1 kolam dan ikan sebanyak 2000 ekor (ukuran 7-8 cm). Pada awal pemeliharaan saya tidak mengalami kesulitan yg berarti, namun tak lama kemudian saya mendapat kendala yaitu air. Seperti kita ketahui air merupakan unsure yg penting dalam pembudidayaan ikan . Kala itu saya kewalahan menyediakan air yg bersih untuk kolam (1 kolam). Bagaimana tdk, krn hamper setiap 2 atau 4 hari sekali kita harus mengurangi atau mengganti air dengan yg baru. Bisa dibayangkan berapa banyak air yg dibutuhkan untuk 1 kolam ukuran 2x4m dan ketinggian air 30 cm, berapa banyak air yg kita buang dalam 1 minggu? Jika dalam 2 hari sekali kita membuang dan mengisi nya dengan air baru, dan 4 hari sekali harus di kuras, semua hanya demi mendapatkan kwalitas air yg baik untuk ikan lele. Nah itu jika 1 kolam, bagaimana kalau kita punya lebih dari 1?
Berangkat dari permasalahan itu, saya mencoba mencari informasi atau pun solusi, mulai dari buku, internet, hingga tanya kanan kiri. Tanpa di sengaja saya berkenalan dengan Bpk Muhaimin. Seorang yg telah lama berkecimpung dalam dunia pembudidayaan ikan lele. Dengan maksud menjalin silahturahmi dan mendapatkan ilmu tentang pembudidayaan ikan lele, saya mendatangi kediaman Bpk Muhaimin.
Alhamdulillah… semua pertanyaan yg menganjal terjawab, mengenai permasalahan air beliau menyarankan agar kolam ikan lele di beri JERAMI ( pohon padi yg sudah di panen ). Awalnya saya ragu, apa iya hanya dengan jerami kwalitas air kolam jadi baik?. Tapi ga ada salahnya di coba,  berbekal penjelasan beliau, beberapa hari kemudian saya mencari jerami, beruntung ditempat saya jerami banyak tersedia di tempat saya. Hari pertama tak ada perubahan yg terlihat, namun setelah 3 atau 4 hari ikan dalam kolam terlihat lebih sehat, nafsu makan ikan juga jadi meningkat.
Ilmu tersebut saya gunakan di setiap kolam yg baru, dan berdasarkan pengalaman saya, air dalam kolam cenderung baik, saya tak perlu menganti air setiap 2 atau 4 hari sekali. Melainkan menganti air setiap saya melakukan penyortiran, ( mulai dari menetas hingga penyortiran 21 hari ). Selama itu saya tak perlu ganti air. LUAR BIASA…
Jika rekan2 ada yg punya saran, silakan di koment aja.

Rabu, 29 Juni 2011

PERKIRAAN BIAYA BUDIDAYA IKAN LELE

Ikan lele sendiri memiliki nilai gizi yang mumpuni disamping dagingnya yang gurih. Lele mengandung protein yang tinggi dan zat penguat tulang (kalsium) yang baik untuk makanan anak balita. Selain itu lele juga mengandung mineral lain yang penting pula untuk kesehatan tubuh.

Pekarangan rumah luas dan Anda suka budidaya ikan? Ada baiknya Anda melirik budidaya lele ini. Budidaya lele ini ternyata tak melulu ‘jorok’ karena sudah bisa dikembangkan sistem budidaya yang lebih murah, bersih dan menjanjikan dengan suplemen organik sehingga bisa maksimal hasilnya.
Bisnis budidaya ikan lele ini pun tampaknya akan selalu menguntungkan. Hal ini karena semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan ikan sebagai sumber protein yang tinggi dengan harga yang terjangkau. Ikan menjadi alternatif mengingat harga daging yang makin hari makin mahal.
Ikan lele sendiri memiliki nilai gizi yang mumpuni disamping dagingnya yang gurih. Lele mengandung protein yang tinggi dan zat penguat tulang (kalsium) yang baik untuk makanan anak balita. Selain itu lele juga mengandung mineral lain yang penting pula untuk kesehatan tubuh.
Dengan fakta-fakta itu, maka pada akhirnya ikan lele dapat dijadikan peluang usaha yang menarik. Mengingat selama ini budidaya ikan lele selalu terkesan ‘jorok’, kini budidaya ikan air tawar tersebut sudah berkembang menjadi lebih murah, bersih, dan menjanjikan.
“Sekarang untuk budidaya ikan lele, kita sudah ada suplemen organik yang dapat membantu budidaya lele lebih maksimal. Karena suplemen organik ini memiliki fungsi sebagai penjaga kualitas air, menignkatkan percepatan pembesaran bibit lele jika dicampur dengan pakannya, dan mengurangi tingkat mortalitas dari bibit lele,.Anto, yang memulai budidaya lele ini sejak tahun 2009, diawali hanya iseng-iseng di pekarangan rumahnya dengan membuat kolam dari terpal sebesar 3x3x1 meter yang diisi air setinggi 7O cm. Dengan pola budidaya intensif, kolam tersebut dapat menampung jumlah tanam bibit ikan lele sebanyak kurang lebih 1800-2000 yang masing-masing bibit tersebut berukuran 10-12 cm.
“Setelah membuat kolam dan menaruh bibit lele tadi, kemudian memberi pakan dan suplemen organik dengan waktu teratur, selama 45 hari saya bisa memanen lele tersebut dengan jumlah berat sebesar 200 Kg – 250 Kg untuk jumlah maksimalnya,” .
Bagi anda yang tertarik mencoba membudidayakan ikan lele ini, Anto memberi asumsi perhitungan yang sederhana. Dimulai dengan membuat kolam dari terpal dengan ukuran 3x3x1 meter yang tentunya memerlukan biaya yang tidak begitu mahal ketimbang membuat kolam dari semen atau kolam gali.
“Masalah perhitungan harga pembuatan kolam dari terpal, tentu semua orang akan tahu berapa biaya yang dibutuhkan. Karena terpal sendiri permeternya murah,” jelas anto
Kemudian, Anto memberikan asumsi biaya pembelian bibit lele dengan harga Rp 300 per ekor. Jika untuk kolam 3x3x1 meter dapat menampung bibit kurang lebih 2000 ekor, maka kita hanya perlu mengeluarkan kocek sebesar Rp 600.000 (Rp 300 x 2000 ekor).
Mengingat  lama pembesaran membutuhkan waktu selama 45 hari, maka kebutuhan pakan yang dibutuhkan adalah sejumlah 90 Kg (2 Kg perhari). Nantinya, Biaya yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 660.000, dengan harga pakannya perkarung adalah Rp 220.000 seberat 30 Kg.
Adapun, pembelian kebutuhan suplemen organik adalah Rp 180.000 untuk 4 botol selama 45 hari pembesaran bibit. Empat botol tersebut akan difungsikan untuk pemaksimalan kualitas air dan bibit lele.
Pada akhirnya, total biaya yang dibutuhkan adalah kurang lebih Rp 1440000.
Berikut adalah ringkasan dari modal yang dibutuhkan perkolamnya adalah:
  • Harga Bibit Lele : Rp 300 x 2000 ekor = Rp 600.000
  • Harga  Pakan : Rp 220.000 x 3 karung = Rp 660.000
  • Harga Suplemen Organik: Rp 45000 x 4 botol = Rp 180.000
  • Total Biaya Produksi: Rp 1.440.000
Melalui asumsi modal tersebut dari Deden, maka keuntungan yang bisa didapat dari satu buah kolam dengan target panen 2.000 bibit adalah 200 Kg – 250 Kg.
Deden menjelaskan, bahwa harga eceran yang bisa diraih adalah senilai Rp 15.000 perkilonya. Sedangkan untuk harga yang dijual ke pasar, dapat diraih sebesar Rp 12000 perkilonya.
Sehingga, lanjut deden, jika diambil dari asumsi harga terendahnya, maka keuntungan yang bisa diambil adalah Rp 960.000 untuk satu kolam. Jumlah tersebut diambil dari penjualan lele sebanyak 200 Kg x Rp 12.000 yang berjumlah Rp 2400.000 dikurangi biaya produksi yang berjumlah Rp 1.440.000.
“Jika panen yang kita hasilkan maksimal, kita dapat mencapai berat sejumlah 250 Kg. Keuntungan yang bisa diambil dari selisih total penjualan dan biaya produksi adalah sebesar Rp 1.560.000 perkolamnya,” 
Dari penjualan lele tadi saja,  itu sudah merupakan peluang usaha yang menarik di samping aktivitas kesibukan sehari-hari. Karena biaya yang dibutuhkan tidak membutuhkan nilai investasi yang tinggi.
“Dari sisi waktu tidak begitu lama, malah simple dan sederhana. Yang penting disiplin saja dalam jadwal pemberian pakan dan suplemen organiknya.” kata Deden.
Berbicara mengenai peluang yang lebih luas lagi. Hasil dari lele tersebut, dapat dijadikan berbagai macam peluang usaha lainnya yang lebih menarik tentunya.
Selain yang sudah kita ketahui, lele dapat dijadikan menu makanan pecel lele. Namun di sisi lain, hasil dari olahan daging ikan lele dapat dijadikan berbagai macam hasil. Misalnya, daging lele dapat dijadikan nugget lele, abon lele, lele asap, bakso lele, dan bahkan dapat dijadikan filet lele. Mengingat kebutuhan filet lele untuk ekspor sangat tinggi.
“Atau mungkin kita dapat mengembangkan dari hasil ikan lele tersebut menjadi olahan-olahan penganan menurut ide dan kreativitas kita yang memiliki nilai jual tinggi,”

Klarifikasi dan jenis ikan lele

Klasifikasi dan Jenis Ikan Lele

Ikan Lele (Clarias) adalah marga (genus) ikan yang hidup di air tawar. Ikan ini mempunyai ciri-ciri khas dengan tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang serta mimiliki sejenis kumis yang panjang, mencuat dari sekitar bagian mulutnya. Ikan ini sebenarnya terdiri atas berbagai jenis (spesies). Sedikitnya terdapat 55 spesies (jenis) ikan lele di seluruh dunia.
leleIkan-ikan marga Clarias ini dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung dan siripanus yang juga panjang, yang terkadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atas, dengan mata yang kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap. Lele juga memiliki alat pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya.

Nama-nama Ikan Lele

Lele, secara ilmiah, terdiri dari banyak spesies. Tidak mengherankan pula apabila Lele di Indonesia mempunyai banyak nama daerah. Antara lain (jika ada yang terlewat, silahkan sobat ikut menambahkan):
  • Ikan Kalang (Sumatra Barat)
  • Ikan Maut (Gayo dan Aceh)
  • Ikan Kalang Putih (Padang)
  • Ikan Duri (Sumatera Selatan)
  • Ikan Sibakut (Karo)
  • Ikan Pintet, ikan Kaleh (Kalimantan Selatan)
  • Ikan Penang (Kalimantan Timur)
  • Ikan Keling (Makassar)
  • Ikan Cepi (Sulawesi Selatan)
  • Ikan Lele, Wais, dan Lindi (Jawa Tengah)
  • Ikan Wiru (Jawa Barat)
Sedang di negara lain dikenal dengan nama Keli (Malaysia) Mali (Afrika), Plamond (Thailand), Gura Magura (Srilangka), Ca Tre Trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula Catfish, Siluroid, Mudfish dan Walking Catfish. Nama ilmiahnya, Clarias, berasal dari bahasa Yunani “chlaros”, yang berarti ‘lincah’, ‘kuat’, merujuk pada kemampuannya untuk tetap hidup dan bergerak di luar air.

Spesies Ikan Lele

Sedikitnya terdapat 55–60 spesies anggota marga Clarias diseluruh dunia. Dari jumlah itu, di Indonesia kini diketahui belasan spesies lele, beberapa di antaranya baru dikenali dan dideskripsi dalam 10 tahun terakhir. Berikut ini adalah daftar jenis (spesies) Ikan Lele menurut Ferraris (2007), yang terdapat di Indonesia.
  1. Clarias batrachus (Linnaeus, 1758). Disebut juga Lele kampung, Kalang, Ikan Maut, Ikan Pintet. Menyebar di Asia Selatan dan Asia Tenggara termasuk di Sumatera, Jawa dan Kalimantan.
  2. Clarias gariepinus (Burchell, 1822). Disebut sebagai Lele Dumbo (King Catfish). Menyebar luas di Afrika dan Asia Kecil, kini diternakkan di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.
  3. Clarias insolitus (Ng, 2003). Endemik di aliran Sungai Barito, Kalimantan.
  4. Clarias intermedius (Teugels, Sudarto & Pouyaud, 2001). Endemik di Kalimantan Tengah, di antara Sampit dengan Sungai Barito.
  5. Clarias kapuasensis (Sudarto, Teugels & Pouyaud, 2003). Endemik di Kalimantan Barat, di sekitar aliran Sungai Melawi dan Kapuas.
  6. Clarias leiacanthus (Bleeker, 1851). Endemik di Kalimantan Barat, di aliran Sungai Kapuas.
  7. Clarias meladerma (Bleeker, 1846). Disebut juga dengan Wiru, Wais, Ikan Duri, atau Lele Hitam. Terdapat di lembah Sungai Mekong, Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Filipina.
  8. Clarias microstomus (Ng, 2001). Endemik di Kalimantan Timur, di sekitar aliran Sungai Mahakam dan Kayan.
  9. Clarias nieuhofii (Valenciennes, 1840). Disebut juga dengan Limbat, Lembat. Terdapat di Sumatra, Kalimantan, India, Filipina, Thailand, dan pesisir Kamboja, serta kemungkinan di sisi Pegunungan Cardamom di arah Sungai Mekong.
  10. Clarias nigricans (Ng, 2003). Endemik di Kalimantan Timur, di sekitar aliran Sungai Mahakam.
  11. Clarias olivaceus (Fowler, 1904). Endemik di Sumatera Barat, di sungai-sungai dataran tinggi.
  12. Clarias planiceps (Ng, 1999). Disebut juga sebagai Lele Kepala-pipih. Endemik Kalimantan. Habitatnya meliputi hulu Sungai Rajang dan Kapuas, Kalimantan Barat, serta Sungai Kayan, Kaltim.
  13. Clarias pseudoleiacanthus (Sudarto, Teugels & Pouyaud, 2003). Endemik Kalimantan.
  14. Clarias pseudonieuhofii (Sudarto, Teugels & Pouyaud, 2004). Endemik Kalimantan Barat, pada sistem Sungai Kapuas bagian hulu.
  15. Clarias teijsmanni (Bleeker, 1857). Dinamakan juga sebagai Lele Kembang. Menyebar di sekitar aliran Sungai Kapuas, Kalimantan Barat, dan Jawa.

PERBANDINGAN LELE SANGKURIANG DAN LELE DUMBO

Lele Sangkuriang (Clarias SP) merupakan hasil dari rekayasa genetik yang dilakukan oleh BBAT Sukabumi sebagai upaya untuk perbaikan mutu ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang telah mengalami penurunan kualitas dikarenakan adanya perkawinan sekerabat (inbreeding) dan seleksi induk yang salah (penggunaan induk berkualitas rendah). Lele sangkuriang ini merupakan perbaikan genetik melalui silang balik antara induk betina lele dumbo generasi kedua (F2) dan jantan lele dumbo generasi keenam (F6). Induk betina (F2) berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia pada 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang didiseminasikan (ditebarkan) dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F2 6).

Keunggulan Lele Sangkuriang dibanding Lele Dumbo:

Perbandingan Lele Sangkuriang dan Lele Dumbo
  1. Fekunditas atau kemampuan memproduksi telur Lele Sangkuriang lebih banyak, yaitu sekitar 40.000-60.000 butir telur/kg bobot induk. Sedangkan Lele Dumbo hanya 20.000-30.000 butir telur/kg
  2. Derajat penetasan telur Lele Sangkuriang >90%, sedangkan Lele Dumbo hanya >80%
  3. Nilai Feeding Convertion Rate (FCR) Lele Sangkuriang sekitar 0,8 yang artinya untuk menghasilkan 1kg daging dibutuhkan 0,8kg pakan. Sementara, Lele dumbo nilai FCR-nya lebih dari 1
  4. Lele Sangkuriang relatif lebih tahan terhadap penyakit, karena sangkuriang mampu meredam serangan bakteri Trichodina sp, Aeromonas hydrophilla, dan Ichthyopthirius sp. Sedangkan Lele Dumbo lebih mudah mati terserang penyakit
  5. Benih lele sangkuriang dengan ukuran 7 – 8 cm hanya memerlukan waktu sekitar 58 hari untuk mencapai panen, sedangkan untuk lele dumbo dapat mencapai tiga bulan